Top Menu

Thank you! Download high quality plugins Easy to use theme’s admin panel Featured posts

Monday, 3 May 2010

Berkarya Maksimal Dengan Indie

Sesuai dengan asal katanya yaitu "Independent" yang berarti merdeka, berdiri sendiri, berjiwa bebas, dan tidak bergantung, sehingga jika diambil pengertian secara bebas, bisa ditafsirkan dua pengertian mengenai band indie yang kini tumbuh subur di Tanah Air.
Pengertian pertama yang bisa diberikan pada band indie adalah karya-karya mereka berada di luar mainstreem atau berbeda dengan corak lagu yang sedang laris di pasaran. Mereka bebas melahirkan karya yang sangat berbeda dari yang ada di pasar, atau dalam kata lain tidak komersial dan umumnya memiliki pangsa pasar tersendiri terhadap jenis lagu yang mereka sodorkan.
Pengertian kedua dari band indie adalah band itu merekam dan memasarkan sendiri lagu-lagu mereka. Biasanya band-band ini memiliki lagu-lagu yang bisa diterima pasar, namun dalam penggarapan album, mereka tidak melibatkan major label atau perusahaan rekaman yang telah memiliki nama.
Perkembangan terakhir, banyak band yang melahirkan album indie yang ternyata memiliki pangsa pasar luas. Pemasaran mereka pada umumnya melalui antar kawan atau melalui jaringan antar sekolah yang telah terbangun.
Ini bertolak belakang dengan kondisi di mancanegara. Biasanya sebuah label mampu dan mau memfasilitasi band yang berada di bawah naungan mereka dengan maksimal, sehingga band itu bisa meraih sukses karena adanya hubungan timbal balik yang seimbang dengan pihak label. Sebut saja perusahaan rekaman indie luar negeri yang sukses seperti Fatwreck, Epitaph Records, Matador Records, dll. Salah satu keuntungan utama yang didapatkan oleh sebuah band yang sudah masuk ke major label adalah dari segi pendistribusian kaset yang lebih luas, dan sisi komersil dari band yang jelas lebih terangkat.
Tetapi ternyata bukan berarti semua band menyetujui kelebihan yang ditawarkan jalur major ini, karena bagi sebagian musisi hal terpenting bagi sebuah band adalah kebebasan berkarya, yang mungkin tidak bisa didapatkan melalui jalur perusahaan rekaman besar. Kini saatnya bagi band indie menunjukkan segala potensi dan kemampuan.
Jangan meniru band-band independen senior yang gagal, tanpa karya, dan tanpa apresiasi. Menjadi band indie itu mudah, tetapi jadi band indie yang 'sukses' itu memang butuh perjuangan panjang, keringat, usaha, kerja keras, modal dan kesempatan sebagai pendukungnya.
Salam Indie....!oo!

Taken From :




  • http://www.inilah.com/







  • Selamat Tinggal Stagnasi

    Iklim musik pop mainstream Indonesia sangat meriah pada 2009. Band-band pop ternama tak terhitung hilir-mudik. Kemeriahan itu kian menjadi-jadi dengan merebaknya band-band baru dengan warna seragam: pop (rasa) Melayu.
    Itu bermula dari Kangen Band yang diambil Warner dari lembah 'bajakan'. Kemudian bermunculan band setipe, seperti ST 12, Republik, Matta, Vagetoz, Wali, Pilot, Merpati, Hijau Daun, dll. Umumnya mereka hanya mengandalkan satu hit.
    Kerja major label memang bagaikan jalan pintas. Mengendus sebuah band yang tengah diminati khalayak, lalu membawanya ke bilik rekaman. Kambing hitam pun dicari: selera pasar.
    Boleh dikatakan badai musik Melayu adalah fenomena musik yang sedang berkembang di masyarakat. Kuping penikmat musik kini terus-menerus dijejali oleh 'rasa yang sama' dari band yang mengusung musik Melayu nan mendayu-dayu.
    Merebaknya tren pop Melayu tahun ini membuat banyak orang yang menggeneralisasi bahwa seperti itulah potret musik Indonesia. Padahal kalau mau membuka mata, masih banyak genre musik lainnya yang juga berkembang.
    Hanya saja genre musik melayu yang mendapat respon positif dari masyarakat sehingga mendorong industri dan media, baik televisi maupun radio untuk memenuhi tuntutan pasar.
    Menarik memang untuk membahas tren musik tahun depan. Karena musik pop Melayu yang mendayu-dayu diprediksi akan mulai sayu tahun depan. Benarkah?
    Pada 2010 adalah momentum yang tepat untuk kebangkitan musik rock dalam dunia showbiz Indonesia setelah 3-4 tahun belakangan ini digempur musik pop Melayu tanpa jedah.
    Pertumbuhan grup musik pop seperti jamur di musim hujan, sementara pasar tidak diimbangi daya beli terhadap munculnya demand musik pop yang over supply, pasar sudah kebingungan karena tidak bisa membedakan lagi yang mempunyai ciri khas.
    Sementara beberapa band pop yang berada di urutan puncak sudah habis habisan pada 2009, Apalagi yang mau ditonton pada 2010?
    Sekarang jaman krisis global yang menyebabkan masyarakat agak stres, sehingga masyarakat butuh hiburan musik keras yang energik dan dinamis untuk membangkitkan semangat hidup bertahan dari kesusahan atau kesedihan.
    Selamat tinggal penyeragaman!

    Taken From :



  • http://www.inilah.com/

  • Sunday, 25 April 2010

    SURI

    SURI resmi berdiri pada pertengahan 2008 ditengah degradasi drastis kualitas industri musik nasional dan derasnya invasi massal band-band pop melayu.
     Jika anda ingin mendengar sesuatu yang berbeda dalam industri musik nasional saat ini sebaiknya anda bersiap untuk menyambut kedatangan gelombang hantaman stoner rock ala SURI.
    Musik SURI sangat khas dan berat, downtuned, heavy blues dan Psychedelic riffs kerap mendominasi disetiap lagu mereka. Sekilas terdengar nuansa gurun/padang pasir yang tandus dan aspal panas layaknya neraka jika mendengar karakteristik sound SURI.
    SURI digawangi oleh ke empat pemuda yang tak lain adalah Rito (Vokal & Gitar), Mr. Alunx (Gitar), Gan Dung (Bass) & Didit Bremi (Drums). Berawal dari jam session biasa yang kemudian tercipta nya beberapa nada Psychedelic dan riff yang bernuansa low dry heavy presence. Sejak saat itu SURI praktis menetapkan haluan genre mereka sebagai salah satu barisan stoner rock tanah air. SURI mulai mengisi event-event baik yang berskala kecil atau pun besar.
    Single "Ether" sering mengudara di chart radio-radio ibukota saat ini. Musik SURI adalah perpaduan maut antara band Black Sabbath dan Kyuss.
    Alunan vokal Rito yang kasar ditambah dengan raungan gitar Mr. alunx yang tebal menghasilkan suatu gambaran cadas nan impulsif yang disambut oleh pukulan-pukulan agresif, Didit Bremi sang drumer, yang sesekali memadukannya dengan sayatan tajam bass Gan Dung. Suatu hasil karya dan suguhan penampilan yang wajib anda simak!

    Taken From :



  • http://www.inilah.com/
  • Thursday, 15 April 2010

    NO LABEL

    NO LABEL adalah sebuah band punk rock dari Jakarta, Indonesia yang dibentuk pada tahun 1997, waktu itu Apenk, sang gitaris berambisi untuk membentuk sebuah band punk.
      Setelah lulus dari SMA dan mulai kuliah ia bertemu teman baru di kampusnya yang bernama Isan, mereka berdua memiliki dasar kesamaan dalam mendengarkan musik punk. Tiba-tiba muncul ide Apenk untuk merekrut Isan dan membentuk sebuah band dengan nama "Inhaler".
    Kemudian Apenk mencoba merekrut Fatulo pada vokal dan Dewex pada bass, dalam formasi awal mereka mulai memainkan lagu-lagu band punk seperti NOFX, Bad Religion, LagWagon dan Not Available. Tak lama berselang, Dewex merekrut temannya yang lain bernama kodil untuk mengisi posisi drum dan Qibenk untuk mengisi posisi rhytm gitar.
    No Label membuat sebuah mini album mereka yang pertama setelah melalui proses rekaman yang singkat. Mini album tersebut bernama "Huaaa ..!!" dengan kualitas sound yang minimalis dan tidak matang, mereka mencoba menawarkan mini album mereka kepada sebuah label indie lokal yang akhirnya menarik minat sebuah label bernama Pinball Records untuk merilis mini album No Label sebanyak 400 kopi.
    Pada tahun 2003, di luar dugaan tiga personil NO LABEL secara mengejutkan keluar dari band lalu Apenk merekrut Yusek untuk menempati posisi bass dan Ali dari band SPEAK UP pada posisi lead guitar dan Anton dari band FAST CRASH untuk menggantikan posisi kodil pada drum. Tiga personil baru tersebut akhirnya bergabung dengan No Label hanya dalam jangka waktu tertentu saja dan banyak mempengaruhi musik No Label.
    Tak lama kemudian masuklah seorang gitaris yang menggantikan posisi Ali bernama Ayie yang tak lain adalah seorang gitaris dari band metal punk rock bernama "WORST CASE SCENARIO". Sekarang No Label siap menggebrak panggung underground dengan formasi solid terakhirnya.

    Taken From :



  • http://www.inilah.com/
  • THE ADAMS

    The Adams berdiri di Jakarta, bermula dari sebuah hubungan pertemanan disebuah kampus seni bernama Institut Kesenian Jakarta.
    Di tahun 2002, Ario Hendarwan (vokal/gitar), Bawono "Beni" Adhiantoro (drum), Martino "Tino" Runtuhaku (gitar) dan Setyo Dwiharso (bass) - semuanya mahasiswa di Institut Kesenian Jakarta - mulai berjam session bersama dan menciptakan lagu-lagu orisinil yang menggabungkan distorsi cadas garage rock dengan harmoni vokal yang memukau.
    Setelah sempat dikenal sebagai Lonely Band, Tyo mengusulkan nama The Adams yang diambil dari "Adam dan Hawa", karena seluruh personel band berjenis kelamin pria. Akhirnya Tino dan Tyo meninggalkan The Adams, Beni beralih ke bas, sementara Saleh Husein "Ale" Mahfud (juga anggota White Shoes & the Couples Company) dan Bimo Dwipoalam bergabung, masing-masing pada gitar dan drum.
    Di tahun 2005, The Adams melepas album pertama yang self-titled dan menelurkan single "Konservatif" serta "Waiting", dua lagu yang juga ditampilkan dalam film sukses Janji Joni.
    Di akhir tahun itu, Beni meninggalkan band agar bisa lebih fokus dalam posisinya sebagai drummer The Upstairs, sementara Bimo pindah ke Bali untuk melanjutkan studi, Arfan (alias Apoy), gitaris Karon 'N Roll, direkrut sebagai bassis, Gigih Suryoprayogo Setiadi (alias Kiting) dari It's Different Class mengambil alih posisi Bimo di balik drum, dan Retiara Haswidya Nasution (alias Kaka), yang sebelumnya menjadi kibordis untuk keperluan panggung The Adams, diangkat menjadi anggota tetap.
    Di tahun 2006, formasi baru The Adams melepas album "v2.05", di mana mereka mengembangkan sound yang lama dengan struktur lagu yang lebih rumit dan harmonisasi lima vokal yang membius. Lewat lagu-lagu hit "Halo Beni", "Hanya Kau" dan "Selamat Pagi Juwita" dan aksi panggung yang seru, The Adams telah menjadi salah satu band yang patut diperhitungkan di Indonesia.

    Taken From :



  • http://www.inilah.com/
  • DEAD VERTICAL

    Dead Vertical berdiri pada 22 November 2001 di sebuah kawasan di pinggiran Jakarta Timur, dengan formasi awal Iwan-Vocals, Boy -Guitars/Backing vocals, Bony-Bass dan Andriano-Drums.
     Seiring dengan berjalannya waktu maka Dead Vertical telah mengalami beberapa kali pergantian personil, yakni pada pertengahan 2003 Andriano (Drums) mengundurkan diri karena kesibukan kerjanya, kemudian posisinya digantikan oleh Bimo yang bertahan hingga Maret 2004 (setelah rilis album pertama "Fenomena Akhir Zaman") kemudian ia mengundurkan diri.
    Selanjutnya posisi Drummer digantikan oleh Arya dari (Formyblood) hingga sekarang. Pada akhir 2005 Iwan (Vocals) mengundurkan diri karena kesibukan kerja dan posisi Vocals digantikan oleh Boy yang tetap memegang posisi Guitars.
    Dead Vertical mempunyai arti "MATINYA HUBUNGAN VERTIKAL ANTARA TUHAN DENGAN MANUSIA". Nama ini terinspirasi oleh fenomena kehidupan di era sekarang dimana dunia telah dipenuhi oleh kebencian, kekacauan, pembantaian, dan penyesatan secara global karena banyak manusia yang telah melupakan Tuhannya.
    Dead Vertical terinfluence oleh band-band seperti Napalm Death, Terrorizer, Slayer, Sepultura, Brutal Truth, Righteous Pigs, Massacre, Nasum, Lock Up, Rotten Sound dan lain-lain. Lirik-lirik yang diteriakkan bertema sosial dan seputar kehidupan sehari-hari yang dikemas dalam bentuk genre Grindcore.
    Hingga saat ini Dead Vertical telah menghasilkan beberapa karya musik antara lain Split tape dengan band Hardcore Philipina-Human Error (No Label records 2003), Album Pertama "Fenomena Akhir Zaman" (The Eye Music 2004), Mini Album "Global Madness" (Dead Vertical 2006) dan beberapa kompilasi Death Metal-Hardcore.

    Taken From :



  • http://www.inilah.com/

  • Tuesday, 2 March 2010

    NYMPHEA

    Nymphea adalah salah satu band alternative rock dari pulau dewata Bali yang berdiri pada tanggal 4 Januari 2005. Dengan formasi awalnya adalah Sari (vocals), CGL (gitar), Arie (bass) dan Risky (drums).
    Namun karena merasa Nymphea kurang klop karena tidak adanya gitaris rhythm maka akhirnya CGL mengajak adiknya Sodick untuk bermain bass di Nymphea dan Arie yang tadinya bermain Bass akhirnya bermain gitar di Nymphea.
    Tetapi pada pertengahan tahun 2007 ini, Risky dan Arie mengundurkan diri dari Nymphea karena disibukkan oleh pekerjaannya yang menuntut dia harus fokus dalam karirnya. Untuk mengisi posisi drum akhirnya Nymphea di bantu oleh Aguzt, seorang drummer dari band punk The Menace. Lalu Aguzt menjadi personil tetap, hingga formasi Nymphea hingga saat ini diantaranya Sari - Vokal, CGL - gitar & backing vokal, Sodick - bass dan Aguzt - drums.
    Nama Nymphea sendiri diambil dari bahasa Inggris "Nymph" yang berarti bidadari, dan untuk memudahkan pengucapannya ditambahkanlah huruf "e" dan "a" dibelakang kata "nymph" sehingga menjadi Nymphea. Nymphea sendiri dalam memainkan musiknya banyak terpengaruh band-band Punk Rock dan Grunge seperti AFI, Sugar Cult, Nirvana, Foo Fighter dan Hole. Pada pertengahan tahun 2005 Nymphea merilis sebuah mini album sebanyak 500 keping cd dan membagikannya secara gratis kepada teman-teman, fans, media lokal, pengamat musik dan event-event organizer.
    Akan tetapi saat Sari melanjutkan studinya di Australia dia membawa cd mini album Nymphea dan dijual secara hand by hand disana seharga AUS $ 5 dan laku hingga 100 keping cd. Menurut beberapa pengamat musik, Nymphea merupakan band yang memiliki karakter vokal wanita dengan gaya yang khas dan enerjik, serta dibalut dengan musik yang cadas bernafaskan Rock.
    Bagi pecinta musik yang tinggal di Pulau Dewata ini pasti tidak asing dengan band yang rajin menyambangi pentas besar maupun pentas kecil, dari pensi-pensi sekolah hingga sampai ajang musik terbesar di Indonesia yaitu Soundrenaline. Pada bulan agustus 2008 silam, Nymphea baru saja merilis full albumnya di bawah label Petslooser dan Proton Records dan distribusikan secara nasional oleh Virgo Ramayana Records.

    Taken From :



  • http://www.inilah.com/

  • Thursday, 11 February 2010

    Ilmuwan Temukan Asal Penularan HIV

    Dengan menggunakan analisis genetika, ilmuwan AS tmenemukan bagaimana HIV menular di antara pria. Temuan itu dapat mengarah pada pengobatan dan vaksinasi baru.
    Demikian hasil studi oleh beberapa peneliti di University of California di San Diego yang melibatkan sejumlah orang yang tak disebutkan dan secara seksual menularkan HIV mereka ke pria lain, kata para peneliti itu.
    "Dengan mengetahui asal virus yang ditularkan, para ilmuwan mungkin dapat mengembangkan vaksin baru, microbicides vagina dan obat guna mencegah penyebaran HIV, yang menular melalui hubungan seks," kata pemimpin penulis studi tersebut Dr. Davey Smith, pembantu profesor bidang obat-obatan di University of California San Diego.
    Yang menjadi pembahasan ialah HIV pada sperma, yang terdiri atas sel sperma dan cairan yang disebut plasma sperma. Partikel HIV yang mengandung RNA ada di dalam cairan tersebut, sementara sel sperma menyimpan DNA HIV, demikian penjelasan para penulis studi tersebut.
    "Belum ditetapkan apakah HIV RNA atau DNA ditularkan selama hubungan seks," kata Smith.
    "Dengan menganalisis perbedaan genetika antara kedua bentuk ini dan virus yang akhirnya ditularkan ke orang yang baru terinfeksi, kami mendapati bahwa bentuk HIV RNA yang terkandung di dalam plasma sperma lah yang ditularkan."
    Sedangkan mengenai penularan HIV ke perempuan, Smith mengatakan, "Karena kebanyakan perempuan terinfeksi HIV melalui pajanan terhadap virus itu pada sperma, HIV RNA di dalam plasma sperma tampaknya adalah pelakunya tapi ini perlu dikonfirmasi.

    Taken From :


  • http://www.inilah.com/


  • Google Ujicoba Jaringan Broadband Ultra Tinggi

    Google mengumumkan rencananya untuk membangun jaringan broadband kecepatan ultra tinggi. Jaringan itu 100 kali lebih cepat dari yang kebanyakan digunakan pada saat ini.
    "Kami berencana untuk membangun dan menguji jaringan broadband kecepatan ultra tinggi di sejumlah kecil lokasi di seluruh Amerika Serikat," kata manajer produk Google Minnie Ingersoll dan James Kelly dalam posting blog.
    "Kami akan menyalurkan kecepatan internet 100 kali lebih cepat daripada apa yang kebanyakan orang Amerika miliki hari ini, dengan satu gigabit per detik koneksi serat optik ke rumah," kata mereka.
    Google menyatakan berencana akan memberikan layanan dengan harga yang kompetitif setidaknya pada 50 ribu sampai 500 ribu orang.
    "Melalui ujicoba, kami berharap memiliki kontribusi yang bermakna pada tujuan bersama untuk memberikan internet lebih cepat dan lebih baik bagi semua orang," kata Ingersoll dan kata Kelly.
    Mereka mengatakan Google akan mengoperasikan akses terbuka sehingga memberikan banyak pilihan penyedia layanan.
    Amerika Serikat berada di peringkat 20 dalam penetrasi broadband menurut survei terhadap 58 negara yang dirilis tahun lalu oleh perusahaan berbasis di Boston, Strategy Analytics.
    Kecepatan rata-rata broadband AS kurang dari 5 megabit per detik (Mbps), jauh lebih lambat dibandingkan dengan Jepang (63 Mbps) dan Korea Selatan (49 mbps).
    Masuknya Google ke layanan broadband itu hal baru, dari bisnis tradisionalnya di bidang pencarian internet dan bisnis periklanan.

    Taken From :


  • http://www.inilah.com/


  • THE SIGIT

    Pada tahun 1994 hingga 2002 adalah masa pembentukan band The S.I.G.I.T, dimana para personelnya saling bertemu satu sama lainnya lalu mereka mulai bermain dan berlatih bersama serta menulis materi lagu mereka sendiri.
    The S.I.G.I.T digawangi oleh Rektivianto Yoewono (Vocal, guitar), Farri Icksan Wibisana(Guitar), Aditya Bagja Mulyana(Bass, backing vocal)dan Donar Armando Ekana / Acil (Drums).
    Pada tahun 2004, The S.I.G.I.T menandatangani kontrak dengan Spills Records dan merilis debut mini albumnya yang berjudul "The Sigit".
    Single pertama mereka, Soul Sister menjadi hits di setiap radio lokal di kota Bandung dan Jakarta. Tak lama berselang,MTV Trax Magazine menganugerahkan mereka sebagai "The Hottest Rock N Roll Band".
    The S.I.G.I.T mengisi soundtrack film Catatan Akhir Sekolah (CAS), dengan nomor hitsnya "Did i ask Your Opinion", yang akhirnya lagu tersebut menjadi single pertama mereka yang disiarkan oleh MTV-I. Setelah meninggalkan Spills Records, mereka semakin dikenal oleh publik.
    Pada tahun 2005 nama mereka muncul di NME's stereo edisi 30 Juli. Pada tahun 2006 The S.I.G.I.T dikontrak oleh sebuah label indie asal kota Bandung yang bernama Fastforward records dan merilis album "Visible Idea of Perfection" pada bulan Desember.
    Pada tahun 2007 mereka menandatangani kontrak dengan sebuah indie label dari Australia bernama Caveman! dan merilis ulang album "Visible Idea of Perfection" yang didistribusikan oleh Reverbnation. Mereka melakukan tur ke Australia pada bulan Juni bertepatan dengan tanggal rilis. Pada tahun 2009 mereka tampil di SXSW 2009 di Austin, Texas, California dan Hongkong. Album "Disleksia Hertz" dirilis pada bulan Juni silam.

    Taken From :



  • http://www.inilah.com/

  • Wednesday, 10 February 2010

    SORE

    Awalnya SORE dibentuk oleh tiga orang teman dari masa kecil mereka di Jakarta. Mereka adalah Ade Paloh, Mondo Gascaro dan Awan Garnida.
    Pada akhir 2001, Awan Garnida membawa dua teman lainnya yaitu Bembi Gusti dan Reza Dwiputranto dan kemudian mereka membentuk sebuah band yang bernama SORE. Pada tahun 2004 dan awal 2005 mereka menyumbang dua lagu dalam dua album kompilasi, yang pertama adalah kompilasi musik dari scene indie Jakarta yang disebut "JKRT: SKRG" yang dirilis oleh Aksara Records, sedangkan yang lainnya adalah soundtrack film "Janji Joni," yang juga dirilis oleh Aksara Records.
    Mereka merilis debut album Centralismo (Aksara Records) pada tahun 2005. Musik SORE sangat bervariasi dari lagu ke lagu dalam album ini. Mereka memilih jalur vintage dalam hal instrumentasinya, seperti penggunaan vibraphones, mellotron, dan horn yang menciptakan kenangan dari masa keemasan musik di era 50-an, 60-an dan 70-an.
    Album ini menerima pujian dari semua pihak. Majalah Time Asia yang menetapkan album "CENTRALISMO" sebagai Satu dari lima "Asian Album Worth Buying", dan majalah Rolling Stone Indonesia memasukan album "CENTRALISMO" ke dalam ke urutan 40 besar pada "150 Greatest Album Indonesia of All Time". Akhirnya, setelah setahun mereka menulis materi, mereka kembali lagi dengan album kedua mereka yang berjudul "Ports of Lima" (Aksara Records - 2008).
    Album "Ports of Lima" menjadi album yang banyak di puji para kritikus musik. Baru-baru ini majalah Rolling Stone Indonesia memilih album "Ports of Lima" sebagai Best Album of 2008 versi Rolling Stone.

    Taken From :



  • http://www.inilah.com/

  • Wednesday, 3 February 2010

    Emo Adalah.....

    Emo itu adalah sebuah genre yg udah jauh lama berdiri sebelum The Used/MCR beken di negara kita. Dan jauh sekali dari sebutan rock cengeng yang sekarang dikenal orang. Salah satu alasan kenapa emo banyak dihidangkan orang kemungkinan ialah karena gaya pakaiannya yg sekarang lagi mendunia. Padahal itu hanyalah fashion. Bukan arti emo sesunguhnya.
    Biasanya sih emo di Indonesia identik dengan poni lempar, dan biasanya kan band band emo tuh kebanyakan indie, jarang yang mainstream. Habis itu gaya anak emo tuh mereka biasanya suka menyendiri gitu, soalnya emo itu kan dalam arti kasarnya adalah kaum kaum terbuang/dikucilkan, makanya jarang keliatan real emo kids di tempat tempat publik, dan ga semua orang itu poser. Poser itu cuma orang yg bikin rusak emo aja.
    Setelah itu Emo dalam aliran musik dimainkan dengan menggunakan segala curahan dari sang pembawa lagu tersebut. Oleh karena itu banyak dari band band tersebut kadang dibilang cengeng, padahal sebenarnya tidak, itu tuh cuma cara mereka mengexpresikan emosi mereka.