Top Menu

Monday 3 May 2010

Berkarya Maksimal Dengan Indie

Sesuai dengan asal katanya yaitu "Independent" yang berarti merdeka, berdiri sendiri, berjiwa bebas, dan tidak bergantung, sehingga jika diambil pengertian secara bebas, bisa ditafsirkan dua pengertian mengenai band indie yang kini tumbuh subur di Tanah Air.
Pengertian pertama yang bisa diberikan pada band indie adalah karya-karya mereka berada di luar mainstreem atau berbeda dengan corak lagu yang sedang laris di pasaran. Mereka bebas melahirkan karya yang sangat berbeda dari yang ada di pasar, atau dalam kata lain tidak komersial dan umumnya memiliki pangsa pasar tersendiri terhadap jenis lagu yang mereka sodorkan.
Pengertian kedua dari band indie adalah band itu merekam dan memasarkan sendiri lagu-lagu mereka. Biasanya band-band ini memiliki lagu-lagu yang bisa diterima pasar, namun dalam penggarapan album, mereka tidak melibatkan major label atau perusahaan rekaman yang telah memiliki nama.
Perkembangan terakhir, banyak band yang melahirkan album indie yang ternyata memiliki pangsa pasar luas. Pemasaran mereka pada umumnya melalui antar kawan atau melalui jaringan antar sekolah yang telah terbangun.
Ini bertolak belakang dengan kondisi di mancanegara. Biasanya sebuah label mampu dan mau memfasilitasi band yang berada di bawah naungan mereka dengan maksimal, sehingga band itu bisa meraih sukses karena adanya hubungan timbal balik yang seimbang dengan pihak label. Sebut saja perusahaan rekaman indie luar negeri yang sukses seperti Fatwreck, Epitaph Records, Matador Records, dll. Salah satu keuntungan utama yang didapatkan oleh sebuah band yang sudah masuk ke major label adalah dari segi pendistribusian kaset yang lebih luas, dan sisi komersil dari band yang jelas lebih terangkat.
Tetapi ternyata bukan berarti semua band menyetujui kelebihan yang ditawarkan jalur major ini, karena bagi sebagian musisi hal terpenting bagi sebuah band adalah kebebasan berkarya, yang mungkin tidak bisa didapatkan melalui jalur perusahaan rekaman besar. Kini saatnya bagi band indie menunjukkan segala potensi dan kemampuan.
Jangan meniru band-band independen senior yang gagal, tanpa karya, dan tanpa apresiasi. Menjadi band indie itu mudah, tetapi jadi band indie yang 'sukses' itu memang butuh perjuangan panjang, keringat, usaha, kerja keras, modal dan kesempatan sebagai pendukungnya.
Salam Indie....!oo!

Taken From :




  • http://www.inilah.com/







  • Selamat Tinggal Stagnasi

    Iklim musik pop mainstream Indonesia sangat meriah pada 2009. Band-band pop ternama tak terhitung hilir-mudik. Kemeriahan itu kian menjadi-jadi dengan merebaknya band-band baru dengan warna seragam: pop (rasa) Melayu.
    Itu bermula dari Kangen Band yang diambil Warner dari lembah 'bajakan'. Kemudian bermunculan band setipe, seperti ST 12, Republik, Matta, Vagetoz, Wali, Pilot, Merpati, Hijau Daun, dll. Umumnya mereka hanya mengandalkan satu hit.
    Kerja major label memang bagaikan jalan pintas. Mengendus sebuah band yang tengah diminati khalayak, lalu membawanya ke bilik rekaman. Kambing hitam pun dicari: selera pasar.
    Boleh dikatakan badai musik Melayu adalah fenomena musik yang sedang berkembang di masyarakat. Kuping penikmat musik kini terus-menerus dijejali oleh 'rasa yang sama' dari band yang mengusung musik Melayu nan mendayu-dayu.
    Merebaknya tren pop Melayu tahun ini membuat banyak orang yang menggeneralisasi bahwa seperti itulah potret musik Indonesia. Padahal kalau mau membuka mata, masih banyak genre musik lainnya yang juga berkembang.
    Hanya saja genre musik melayu yang mendapat respon positif dari masyarakat sehingga mendorong industri dan media, baik televisi maupun radio untuk memenuhi tuntutan pasar.
    Menarik memang untuk membahas tren musik tahun depan. Karena musik pop Melayu yang mendayu-dayu diprediksi akan mulai sayu tahun depan. Benarkah?
    Pada 2010 adalah momentum yang tepat untuk kebangkitan musik rock dalam dunia showbiz Indonesia setelah 3-4 tahun belakangan ini digempur musik pop Melayu tanpa jedah.
    Pertumbuhan grup musik pop seperti jamur di musim hujan, sementara pasar tidak diimbangi daya beli terhadap munculnya demand musik pop yang over supply, pasar sudah kebingungan karena tidak bisa membedakan lagi yang mempunyai ciri khas.
    Sementara beberapa band pop yang berada di urutan puncak sudah habis habisan pada 2009, Apalagi yang mau ditonton pada 2010?
    Sekarang jaman krisis global yang menyebabkan masyarakat agak stres, sehingga masyarakat butuh hiburan musik keras yang energik dan dinamis untuk membangkitkan semangat hidup bertahan dari kesusahan atau kesedihan.
    Selamat tinggal penyeragaman!

    Taken From :



  • http://www.inilah.com/